rewa

rewa
rf

Meski usia usang Jalan dakwah tetap terang

Oleh : faridh eL khansa’
  
“ sungguh beruntung orang-orang yang beriman..”



       Sekelompok budak mewakili kaumnya menghadap Imam Hasan al Bashri agar berkenan mengangkat nasib mereka pada khutbah jum’at pekan itu.

“Wahai Imam,bicarakanlah soal kemerdekaan dan keutamaan memerdekakan budak dihadapan Tuan-tuan kami nanti pada saat khutbah jum’at.”

Sebagai Ulama panutan pada saat itu ia hanya berkata : “ Insya Allah akan saya sampaikan pesan kalian”. Hari jum’at tiba,namun apa yang mereka nantikan tidak disampaikan,lupa atau sedang menunggu saat yang tepat. Jum’at berikutnya belum juga disampaikan dan begitu seterusnya hingga habis bulan. Merekapun datang untuk kedua kalinya dengan permohonan yang sama. Sang imam hanya mengatakan,”Insya Allah akan saya lakukan hal itu”. Untuk yang kedua kalinya mereka menanti dengan sabar tema khutbah yang mereka inginkan.dari jum’at-ke jum’at hingga akhir bulan belum juga diangkat,hingga merekapun datang pada kali ketiga. Mereka berharap ini adalah permohonan yang terakhir. Dan sebagai seorang Imam yang faham akan nilai-nilai tauhid,beliau hanya berkata sebagaimana yang dikatakan pada kesempatan yang pertama dan kedua. Dua bulan sudah mereka menanti dan kini mereka harus menanti hingga akhir bulan namun belum juga disampaikan. Karena kecewa dan putus asa mereka tak mau datang kembali. Bulam ketigapun habislah dan baru kali ini Imam Hasan al Bashri berbicara di atas mimbar jum’at dengan tema yang mereka pesan. Selesai jum’at mereka berbondong-bondong menghadap Imam Hasan al Bashri berkata : “Wahai imam kali ini kami datang bukan untuk memohon kepadamu,kami datang bukan untuk menyatakan terimakasih kepadamu,kami datang untuk menyatakan kekesalan dan kekecewaan kami pada perbuatan anda.tiga bulan sudah kami menunggu hingga Tuan-tuan kami memerdekakan kami baru anda berbicara tentang hal itu dihadapan mereka.apa artinya??”.

Menghadapi massa yang emosional itu Sang Imam hanya tersenyum seraya berkata dengan mantap dan penuh wibawa. ”Maafkan bila saya terlambat menyampaikan pesan kalian dihadapan mereka. Bagaiman mungkin saya anjurkan kepada mereka suatu hal yang belum saya lakukan sendiri? Saya tak punya seorang budakpun sejak kedatangan kalian yang pertama,saya berharap dapat rizki cukup untuk membeli budak, namun niat itu tak juga tertunaikan hingga Allah memberikan rizki yang cukup untuk ku. Dari rizki yang Allah berikan itulah aku belikan dua orang budak,kemudian aku memerdekakan mereka dihadapan khalayak ramai.sejak saat itulah banyak tuan-tuan yang memerdekakan budak yang mereka miliki.”( sabili,no. 05/th. V 20 oktober-5 nopember 1992 )



Sebuah nukilan kisah yang indah di zaman dahulu,saat para pemimpin dan pemuka agama dapat menjalankan berbagai macam amanahnya dengan baik. Menghadapi seluruh problema umat dengan hati dan pikiran jernih. Banyak hal yang dapat dijadikan hujjah dari kisah diatas.dari masa ke masa para Ulama yang tulus sebagai pewaris Nabi selalu menjadi panutan umatnya. Dengan segala kerendahan hati dan kebijaksanaannya menghadapi berbagai macam permasalahan umat dan segala bentuk kontroversi. Pelajaran indah untuk para ADK yang notabenenya adalah generasi penerus tongkat estafet kepemimpinan islam. PR besar bagi para pemuda untuk terus berjung menegakan kalimah Allah,agar terbangun dunia baru Islam yang bersatu serta menjunjung tinggi sebuah kebenaran.

Jika jalan dakwah adalah jalan yang panjang.jangan pernah berhenti sebelum menemukan ujungnya,jika dakwah bebannya berat,maka usahlah meminta Allah untuk meringankan bebannya namun mintalah kepada Allah untuk menyiapkan punggung yang kuat untuk menahan semua beban. Dan jika setelah sekian lama berdakwah namun tidak berbuah indah atau malah sedikit pengikutnya,maka tetaplah menjadi cahaya yang menerangi dan terus bersemangat dalam dakwah.

Esensinya saat ini kita sedang berada pada perjalanan malam dan siang dalam umur yang terus berkurang dengan amal yang tersimpan, dalam kematian yang tiba-tiba datang,barang siapa menanam kebaikan akan memetik dengan suka cita,barang siapa menanam keburukan maka akan memetik dengan penuh duka cita.siapapun yang memberi kebaikan maka Allah pun akan memberikan kebaikan,barang siapa yang menjauhi keburukan maka Allah akan menjaganya dari keburukan.semangat dakwah akan menjaga manusia untuk berada terus di jalan-Nya. Jika dakwah bagaikan pohon,ada saja daun-daunnya yang berguguran,tapi pohon dakwah takan pernah kehabisan cara untuk menumbuhkan daun-daun barunya. Karena estafet dakwah dan kepemimipinan akan terus bergulir,meski usia dan waktu telah senja namun semangat dakwah akan terus menyala.



ESENSI PANJANG UMUR SESUNGGUAHNYA



     Dalam kurun waktu 23 tahun,Rosulullah saw dan para Sahabat mampu membawa perubahan besar.dari kondisi masyarakat yang penuh kebobrokan secara mental maupun moral berubah pesat dengan hadirnya islam. Mereka adalah manusia-manusia yang berahklak mulia dengan segala ke-zuhud-an hidup membawa mereka pada kemuliaan yang luar biasa. Tak heran jika Allah memuji para Sahabat sebagai umat pilihan sepanjang sejarah.

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah..”( ali imron : 110 ). Uswah yang indah tak karam oleh waktu tak terhapus oleh masa,mereka telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan Islam,sumbangsih yang mereka dedikasikan untuk umat berlaku sepanjang haya Meski entah dimana sosok-sosok mengagumkan itu,yang pasti sampai detik ini seluruh umat muslim di Dunia masih akan terus merasakan kehadiran hadiah terbesar yang mereka beri untuk umat. Karena itulah esensi panjang umur sesungguhnya. Meski jasad telah menyatu dengan tanah,meski jasad telah terurai oleh organic pengurai, namun karya dan kontribusi besar yang di sumbangkan untuk umat tetap dapat dirasakan manfaatnya.seperti kisah seorang Aidil Fitri dalam buku Kemas Mahmud Al Hanif “Agar Usia tak Sekedar Angka”.di kisahkan bahwasannya seorang tokoh muda Aidil Fitri dengan semangat jihad mudanya yang membara,meretas jalan menuju Syurga dengan segenap kemampuannya tanpa mengeluh sedikitpun atas keterbatasan yang ia punya. Kekuatan lahir dan batin telah ia kerahkan demi meraih mimpi-mimpi indahnya. Namun sayangnya perjuangan itu harus berakhir dengan maut. Meski demikian namanya tetap harum hingga detik ini. Karena usianya tak sekedar angka yang berderet. Usia menjadi bermakna saat usia itu bermanfaat bagi seluruh umat. Bukankah jelas bahwasannya orang yang paling baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

            Saat kebanyakan orang berpesta merayakan penambahan usianya  dengan berbagai cara,maka seorang muslim haruslah mengerti hakikat yang lebih hakiki dari sekedar perayaan-perayaan yang sama sekali tak pernah dicontohkan oleh Uswah Hasanah kita Rosulullah saw. Bukan kah penambahan usia itu artinya kita telah mengkreditka usia kita dengan muat?? Lantas apa yang harus di rayakan? Tidakah lebih baik kita siapkan segala bekal yag harus kita laporkan pada Maha Hakim?? Dalam QS.aLHasyr : 18.

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan..”

           

Bukankah jelas, bahwasannya muhasabah diri  adalah yang paling urgen dari sebuah perayaan-perayaan biasa? Sungguh jikalau setiap insan menjadikan al-Qur’an sebagai kompas dalam pelayaran hidup di samudra luas yang tak nampak ujungnya,maka tak akan ada kata tersesat,yang ada hanya sebuah ucapan selamat atas kebrhasilan menempuh jarak yang teramat jauh.

Maka…..

Untukmu para pejuang…ingatlah nasihat indah Luqman aL-Hakim kepada anaknya..

            Dunia ini bagai lautan yang dalam,banyak sekali manusia yang tenggelam di dalamnya. Oleh karena itu,jadikan perahumu itu taqwa kepada Allah swt dan isilah perahu itu dengan muatan iman kepada-Nya. Lengkapi dengan layar tawakal,mudah-mudahan engkau selamat.

            Kalau kau ragu dengan kematian,jangan engkau tidur,karena tidur itu hampir serupa dengan kematian.dan kalau engkau ragu dengan hari kebangkitan,jangan engkau bangun.karena bengun tidur itu,hampir serupa dengan kebangkitan sesudah kematianmu.

            Maka biasakan lisanmu mengucapkan ”ya Allah...ampuni aku..” sesungguhnya bagi Allah itu ada beberapa saat yang di dalamnya Dia tidak akan menolak siapa yang bermunajat kepada-Nya...

Wallahu’alam bishowab...........


0 komentar:

Posting Komentar

bagaimana tampilan blog ini?