Diposting oleh
LDK AL_ISLAH
Benarkah V-Day
adalah hari “Kasih Sayang”
14 Februari, adalah tanggal yang telah lekat dengan kehidupan
muda-mudi kita. Hari yang lazim disebut Valentine
Day. Konon dihari itu adalah momen
berbagi, mencurahkan segenap kasih sayang kepada “pasangan”-nya masing-masing
dengan memberi hadiah berupa coklat, permen, mawar, dan lainnya. Seakan tak ada pengecualian, remaja Islam pun turut ikut serta dalam
ritus tahunan ini, meski tak pernah tahu bagaimana akar permulaan sejarah
perayaan ini.
Telah lama, tersebar suatu fenomena –yang menyedihkan– di kalangan
banyak pemuda-pemudi Islam. Fenomena ini merupakan bentuk nyata sikap taqlid
(membebek) terhadap kaum Non Muslim, yaitu Hari Kasih Sayang “Valentine Day”. Berikut ini secara ringkas akan dipaparkan
asal-muasal perayaan tersebut, perkembangannya, tujuan serta bagaimana
seharusnya seorang muslim menyikapinya.
Asal Muasal
Perayaan ini termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis
(penyembah berhala), di mana penyembahan berhala ini bermula sejak lebih dari 17 abad silam.
Perayaan ini merupakan ungkapan terdalam agama paganis Romawi terhadap kecintaan sesembahan mereka.
Perayaan ini memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang
turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum pewaris mereka. Kisah yang paling
masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa
Romulus –pendiri kota Roma– disusui oleh seekor serigala betina, sehingga
serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi
memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan
peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan
kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya.
Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai
besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong
kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai.
Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati,
karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan
dengan mudah.
Apa Hubungan St. Valentine
dengan Perayaan Ini?
Versi I: Disebutkan bahwa St. Valentine adalah seorang yang mati di
Roma ketika disiksa oleh Kaisar Claudius sekitar tahun 296 M. Di tempat
terbunuhnya di Roma, dibangun sebuah gereja pada tahun 350 M untuk
mengenangnya.
Ketika bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap memperingati Hari
Kasih Sayang. Hanya saja mereka mengubahnya dari makna kecintaan kepada
sesembahan mereka, kepada pemahaman lain yang mereka istilahkan sebagai martir
kasih sayang, yakni St. Valentine, sang penyeru kasih sayang dan perdamaian,
yang –menurut mereka– mati syahid pada jalan itu.
Di antara kepercayaan mereka pada hari tersebut, dituliskan nama-nama pemudi yang
memasuki usia nikah pada selembar kertas kecil, lalu diletakkan pada talam di
atas lemari buku. Lalu diundanglah para pemuda yang ingin menikah untuk
mengambil salah satu kertas itu. Kemudian sang pemuda akan menemani si wanita
pemilik nama yang tertulis di kertas (yang diambilnya) selama setahun. Keduanya
saling menguji perilaku masing-masing, baru kemudian mereka menikah. Bila tidak
cocok, mereka mengulangi hal yang serupa tahun mendatang.
Para pemuka agama Nasrani menentang sikap ini, dan menganggapnya
sebagai perusak akhlak para pemuda dan pemudi. Maka perayaan ini pun dilarang
di Italia. Dan tidak diketahui kapan perayaan ini dihidupkan kembali.
Versi II: Kaisar Claudius II adalah penyembah berhala, sedangkan
Valentino
adalah penyeru agama Nasrani. Sang Kaisar berusaha mengeluarkannya dari agama
Nasrani dan mengembalikannya kepada agama paganis Romawi. Namun Valentine tetap
teguh memeluk agama Nasrani, dan dia dibunuh karenanya pada 14 Februari 270 M,
malam hari raya paganis Romawi: Lupercalia.
Ketika bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap melakukan
perayaan paganis Lupercalia, hanya saja mereka mengaitkannya dengan hari
terbunuhnya Valentine untuk mengenangnya.
Syi’ar Perayaan Hari Kasih
Sayang:
1. Menampakkan kegembiraan dan kesenangan.
2. Saling memberi mawar merah,
sebagai ungkapan cinta, yang dalam budaya Romawi paganis merupakan bentuk cinta
kepada sesembahan kepada selain Allah Subahanahu wa Ta’ala.
3. Menyebarkan kartu ucapan selamat
hari raya tersebut. Pada sebagiannya terdapat gambar Cupid, seorang anak kecil
dengan dua sayap membawa busur dan panah. Cupid adalah dewa cinta erotis dalam
mitologi Romawi paganis. Maha Tinggi Allah dari kedustaan dan kesyirikan mereka
dengan ketinggian yang besar.
4. Saling memberi ucapan kasih sayang, rindu, dan cinta dalam kartu
ucapan yang saling mereka kirim.
5. Di banyak negeri Nasrani diadakan
perayaan pada siang hari, dilanjutkan begadang sambil berdansa, bercampur baur
lelaki dan perempuan.
Beberapa versi kisah yang disebutkan seputar perayaan ini dan
simbolnya, St. Valentine, bisa memberikan pencerahan kepada orang berakal.
Terlebih lagi seorang muslim yang mentauhidkan Allah Subahanahu wa Ta’ala.
Pemaparan di atas menjelaskan hakikat perayaan ini kepada kaum muslimin yang
tidak tahu dan tertipu, kemudian ikut merayakannya. Mereka hakikatnya meniru
umat yang sesat, dan mengambil segala yang datang dari Barat, lagi atheis.
Renungan
Barangsiapa yang membaca kisah yang telah disebutkan seputar
perayaan paganis ini, akan jelas baginya hal-hal berikut:
1. Asalnya adalah aqidah paganis
(penyembahan berhala) kaum Romawi, untuk mengungkapkan rasa cinta kepada
berhala yang mereka ibadahi selain Allah Subahanahu wa Ta’ala. Barangsiapa yang
merayakannya, berarti dia merayakan momen pengagungan dan penyembahan berhala. Ini termasuk kedalam dosa syirik.
2. Awal mula
perayaan ini di kalangan bangsa Romawi paganis terkait dengan kisah dan
khurafat yang tidak bisa diterima akal sehat, apalagi akal seorang muslim yang
beriman kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala dan para rasul-Nya.
Pada satu versi, disebutkan bahwa seekor serigala betina
menyusui Romulus pendiri kota Roma, sehingga memberinya kekuatan fisik dan
kecerdasan pikiran. Ini menyelisihi aqidah seorang muslim, bahwa yang
memberikan kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran hanyalah Allah Subahanahu wa
Ta’ala, Dzat Maha Pencipta, bukan air susu serigala. Dalam versi lain, pada
perayaan itu kaum Romawi paganis mempersembahkan qurban untuk berhala
sesembahan mereka, dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu mampu mencegah
terjadinya keburukan dari mereka dan mampu melindungi binatang gembalaan mereka
dari serigala. Padahal, akal yang sehat mengetahui bahwa berhala tidaklah dapat
menimpakan kemudaratan, tidak pula bisa memberikan suatu kemanfaatan.
Bagaimana mungkin seorang berakal mau ikut merayakan
perayaan seperti ini? Terlebih lagi seorang muslim yang Allah Subahanahu wa
Ta’ala telah menganugerahkan agama yang sempurna dan aqidah yang lurus ini
kepadanya.
3. Keterkaitan St. Valentine dengan perayaan ini diperselisihkan,
juga dalam hal sebab dan kisahnya. Bahkan, sebagian literatur meragukannya dan
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pernah terjadi.
4. Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini karena timbulnya
kerusakan akhlak pemuda dan pemudi akibat perayaan ini, maka dilaranglah
perayaan ini di Italia, pusat Katholik. Lalu perayaan ini muncul kembali dan
tersebar di Eropa. Dari sanalah menular ke negeri kaum muslimin. Bila pemuka
Nasrani –pada masa mereka– mengingkari perayaan ini, maka bagaiman dengan kita yang sudah jelas agama yang
di Rdhoi-Nya hanya Islam.
Mengapa Kaum Muslimin
Tidak Boleh Merayakannya?
Sebagian kaum muslimin yang ikut merayakannya mengatakan bahwa Islam
juga mengajak kepada kecintaan dan kedamaian. Dan Hari Kasih Sayang adalah saat
yang tepat untuk menyebarkan rasa cinta di antara kaum muslimin. Sehingga, apa
yang menghalangi untuk merayakannya?
Jawaban terhadap pernyataan ini dari beberapa sisi:
1. Hari raya dalam Islam adalah
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala. Hari raya
merupakan salah satu syi’ar agama yang agung. Sedangkan dalam Islam, tidak ada
hari raya kecuali hari Jum’at, Idul Fithri, dan Idul Adh-ha. Tidak bisa
seseorang membuat hari raya sendiri, yang tidak disyariatkan oleh Allah
Subahanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Perayaan Hari Kasih Sayang merupakan bentuk tasyabbuh
(menyerupai) bangsa Romawi paganis,
Seorang muslim dilarang menyerupai orang-orang kafir
–baik penyembah berhala ataupun ahli kitab– baik dalam hal aqidah dan ibadah,
maupun dalam adat yang menjadi kebiasaan, akhlak, dan perilaku mereka. Allah
Subahanahu wa Ta’ala berfirman yang
artinya:
“Dan janganlah
kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.” (Ali ‘Imran: 105)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad,
3/50, dan Abu Dawud, no. 5021)
3. Kasih sayang yang dimaksud dalam perayaan ini semenjak dihidupkan
oleh kaum Nasrani adalah cinta, rindu, dan kasmaran, di luar hubungan
pernikahan. Buahnya, tersebarnya zina dan kekejian, yang karenanya pemuka agama
Nasrani pada waktu itu menentang dan melarangnya.
Terus????
Pemuda saat ini apa masih mau dibodohi dengan
hal-hal begituan. Kita dianugrahi Allah akal untuk berfijir, maka
renungkanlah....
(Diringkas dari makalah ‘Idul Hubb, Qishshatuhu, Sya’airuhu,
Hukmuhu, karya Ibrahim bin Muhammad Al-Haqil)
Oleh: Sekum LDK AL-ISHLAH
(Uun Triwahyudi)
Label:
Artikel Kita
0 komentar:
Posting Komentar